Ironisnya, karena kedua bocah kembar tersebut mengidap penyakit kelainan pada alat kelaminnya yang dibawanya sejak lahir, dua bocah kembar yang diketahui masih duduk dibangku kelas VI Madrasah Ibitidaiyah (MI) Miftahul Huda , sekolah setingkat sekolah dasar (SD) ini tidak berani untuk bergaul dengan teman sebanyanya dikampungnya, dua bocah kembar ini lebih memilih untuk bermain berdua dihalaman rumahnya.
Bahkan, pada saat akan membuang air kecil kedua bocah kembar ini harus jongkok, layaknya seorang bocah perempuan yang akan membuang air kecil.“Karena itulah kedua anak saya ini tidak mau bergaul dengan teman sekampungnya. Selain itu, setiap ada teman sebayanya dikampung yang akan dikhitan, kedua anak saya juga minta untuk dikhitan. Bahkan, kedua anak kembar saya itu langsung menangis minta untuk dikhitan juga,” terang Siadah (44), orang tua tunggal dua bocah kembar itu saat ditemui dirumahnya, Rabu (7/9).
Dituturkan, sebetulnya Hasan dan Hosen yang lahir pada tahun 2000 lalu. Itu lahir dengan melalui persalinan yang normal, namun sejak lahir kedua bocah kembar tersebut lahir dengan kondisi dengan ukuran penis yang sangat kecil, yakni sebesar ujung jari klingking anak-anak usia belasan tahun.
Selain mengidap penyakit kelainan pembawaan pada alat kelaminnya atau dalam bahasa medisnya disebut Conginental, dua bocah kembar yang ditinggal mati oleh bapaknya sejak berusia empat bulan. ini juga diketahui kondisi buah zakarnya berdempetan dengan penisnya.
”Awalnya pihak keluarga tidak menduga kalau Hasan dan Hosen ini menderita kelainan penyakit pada alat kelaminnya. Itu baru diketahui setelah Hasan dan Husen ini menginjak usia tiga tahun tepatnya pada tahun 2003 lalu. Pada saat itu pula saya langsung membawa ke RSU dr Abdoer Rahem Situbondo, namun karena padaa saat itu biaya operasi untuk masing-masing anak biayanya mencapai Rp. 20 juta, sehingga pihak keluarga terpaksa mengurung niatnya untuk melakukan operasi tersebut,” beber janda beranak dua ini.
Sementara itu, dr Suryadinata selaku kepala Puskesmas Kecamatan Kapongan mengatakan, pada tahun 2009 lalu pihaknya pernah merujuk kedua bocah kembar tersebut ke RSU dr Abdoer Rahem Situbondo, namun karena pada saat itu orang tua Hasan dan Husen hanya membawa surat keterangan tidak mampu (SKTM) dari desa, pihak RSU meminta agar pihak keluarga meminta SKTM dari dari Bupati Situbondo, sayangnya pada saat itu pihak keluarga tidak meminta SKTM dari bupati.
“Sesuai dari hasil analisa medis, Hasan dan Hosen ini mengidap penyakit Conginental atau kelainan alat kelamin bawaan. Sedangkan tidak normalnya ukuran penis kedua bocah kembar tersebut. Itu terjadi akibat tertarik dengan buah zakar kedua bocah kembar tersebut,” terang dr Suryadinata.
Dikofirmasi terpisah, Camat Kapongan yang berkunjung langsung ke rumah orang tua kedua bocah kembar itu, berjanji untuk menanggung semua biaya operasi untuk kedua bocah kembar yang menderita kelainan alat kelamin bawaan sejak lahir. “Kami akan mengupayakan untuk meng-gratiskan semua biaya operasinya, namun kami masih akan melaporkan tentang penyakit yang diderita dua bocah kembar kepada Bupati Situbondo (Dadang Wigiarto SH red-),” kata Agung Wintoro, Camat Kapongan. (JurnalBesuki)
facebook comment :
Jangan Lupa pencet tombol "Like" Untuk Mendapatkan Info Terpanas Langsung di Wall FB mu!
0 comments:
Posting Komentar