Sudah kita ketahui bersama bahwa sering kita lihat bahkan sering kita lakukan suatu ibadah dalam islam yaitu Tahlilan atau kirim doa atau Fatihah ke orang tua atau keluarga yg telah meninggal dunia.
Apakah kita sudah memeriksa atau meneliti asal muasal tahlilan tersebut?
Karena kita dalam beribadah harus mengikuti Ajaran yg telah dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasalam apabila tidak dicontohkan makan amal tersebut tidak diterima.
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasalam
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ أحْدَثَ فيِ أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيْهِ فَهُوَ رَدٌّ.
وفي رواية لمسلم: مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
وفي رواية لمسلم: مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Dari 'Aisyah radliyallâhu 'anha dia berkata, Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda, "Barangsiapa yang mengada-ada (memperbuat sesuatu yang baru) di dalam urusan kami ini (agama) sesuatu yang bukan bersumber padanya (tidak disyari'atkan), maka ia tertolak." (HR.al-Bukhari)
Di dalam riwayat Imam Muslim dinyatakan, "Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang bukan termasuk urusan kami (agama), maka ia tertolak."
Maka dari hadits diatas apabila suatu ibadah tidak didasari oleh Syariat islam maka amalnya tidak diterima
oleh karena itu Apakah Ibadah Tahlilan itu Berdasarkan dari Islam atau dari Agama Lain
silahkan di simak Videonya untuk mengetahui jawabannya
facebook comment :
Jangan Lupa pencet tombol "Like" Untuk Mendapatkan Info Terpanas Langsung di Wall FB mu!
5 comments:
sikapi dg hati yg tenang dan ilmu ya
salam
saya ingin memberitahukan
dalam hal copas ada peraturanya
yaitu disertakan sumber linknya
kenapa disini tidak disertakan ya
tlong di tanggapi
@Admin Blog Artikel As-Sunnah: Wa'alaikum salam. Terima kasih telah berkunjung. Mohon maaf atas keteledoran ane. Sekarang sudah diperbaiki. Terima kasih.
[BUDAYA MITUNG DINO BUKAN DARI HINDU,NAMUN PARA TABI'IN DAN SHAHABAT]
Bismillah,,
Perlu diketahui, sebenarnya tradisi mitung dino hari kematian merupakan warisan shahabat nabi dan tabi'in,bukan dari hindu budha yg selama ini banyak isu yang tak bisa dipertanggung jawabkan. Bahkan budaya tersebut telah diyakini sbg anjuran langsung dari nabi Muhammad SAW. Yakni dengan melihat Atsar yg menyatakan bahwa orang mukmin mengalami fitnah kubur selama 7 hari.
Sebagaimana diutarakan as-suyuthi dalam al-hawi lil fatawi;
"Thawus berkata: "Sungguh orang-orang yg telah meninggal terkena fitnah dalam kuburnya selama 7 hari, maka mereka (shahabat nabi) merasa senang menghidangkan makanan sbg ganti dari mereka yg telah meninggal dunia pada hari-hari tersebut".
Dalam riwayat lain disebutkan,
"Dari 'Ubaid bin 'Amir,ia berkata: "Dua orang,Mukmin dan Munafik memperoleh fitnah (kubur). Adapun orang mukmin,maka terkena fitnah selama 7 hari, sedang Munafik terkena fitnah selama 40 hari".
Dalam menjelaskan dua Atsar tsb, as-suyuthi menyatakan bhw perawi Thawus (w. 110an H) termasuk kategori perawi Hadits-hadits Shahih. Thawus dikenal sbg generasi pertama Ulama Yaman dan pemuka tabi'in yg sempat menjumpai 50 orang shahabat Nabi.
Sedang 'Ubaid bin 'Amir (w. 78 H) disini adalah al-Laitsi, seorang ahli mauidzah pertama di kota Mekah dalam masa pemerintahan Umar bin khatab RA. Menurut Imam Muslim,beliau dilahirkan dizaman Rasulullah SAW. Bahkan menurut riwayat lain,beliau sempat melihat Rasulullah.
Perlu diketahui,dilihat dari dirayahnya bahwa tiap riwayat seorang Shahabat Nabi yang tak bisa di ijtihadi (ma ruwiya mimma la al-majal li ar-ra'yi fih) maka hukumnya Marfu' (riwayat sampai nabi) ,bukan mauquf (riwayat terhenti sampai shahabat). Semisal dalam urusan alam barzah atau akhirat.
Masalah Mitung dino ini,malah diperkuat oleh bapak kitab kuning Indonesia, Syeh Nawawi al-Bantani dalam Nihayahnya,
"Dan bersedekah untuk mayit dg cara syar'i itu dianjurkan. Pelaksanaanya tak dibatasi 7 hari,lebih atau kurang. Pembatasan dengan hari-hari tertentu ini hanyalah tradisi ('awaid) saja. Sebagaimana fatwa sayid ahmad dahlan:
"Telah berlaku tradisi masy bersedekah dari mayit pada hari ke 3, 7, 20, 40 kematiannya. Setelah itu tiap tahun mereka menyelenggarakan haul yg bertepatan hari kematiannya". Seperti yg telah dikemukakan guruku, as-sunbulawini".
Akiron:
Bisa dipahamai bahwa tradisi sedekah mitung dino (7 hari kematian) merupakan warisan budaya Sahabat nabi dan tabi'in, BUKAN BUDAYA HINDU BUDHA.
Allah wa rasuluh a'lam
aya suka comment bang shofa... selain itu menurut saya yang awam. berdo'a emang di larang ya? memang doa yang paling di ijabah itu doa anak. tp apa Allah tidak akan mengabulkan doa orang lain? husnudhon aja, apa lg kepada Allah SWT hukumnya wajib. Allah kan ar-rohman dan ar-rohim. ada pun jamuan dari keluarga alm tidak selalu ada kok. banyak masyarakat yang tahlil tanpa jamuan.
Posting Komentar