Awalnya kata Munir, pendiri Yapi, ustadz Husein Habsyi mengaku berpaham Ahlussunah wal Jama’ah. Para ulama di Bangil pun menerima keberadaanya. Bahkan, katanya, Husein Habsyi pernah diberi kesempatan mengisi kajian di masjid. Entah kenapa, jelasnya, tiba-tiba, Husein Habsyi berubah jadi Syi’ah.
“Husein Habsyi kemudian mengirim santri-santrinya sekolah ke Iran. Semenjak itu jadi Syi'ah,” terangnya kepada hidayatullah.com.
Sekitar tahun 1985, karena kemarahan para ulama di Bangil telah terakumulasi, kemudian melakukan pengeluaran Husein Habsy dari masjid. Dan, puncaknya, kata Munir, tahun 2007, diadakan demo damai besar-besaran menegaskan bahwa Yapi adalah aliran Syi’ah dari Iran.
Sejak itu, gesekan antara Aswaja dengan Yapi pun terus terjadi. Apalagi, kata Munir, Yapi kerap melakukan dakwah paham Syi’ah ke masyarakat sekitar bahkan hingga ke kampung-kampung.
”Mereka meyebarkan buku dan VCD tentang Syi’ah,” paparnya.
Diakui Munir, dalam buku-buku yang disebarkan itu berisi tentang penyesatan terhadap ajaran Islam Ahlus sunnah wal Jama’ah. Di antaranya, katanya, disebutkan shalat Jumat menurut mazhab ahlu bait itu tidak wajib. Dikatakan juga, Nabi tidak berani menyampaikan ayat tentang kepemimpinan Ali setelah Nabi, kutip Munir.
Selain itu, Yapi juga dinilai menghalalkan nikat mut’ah. “Itu semua bertentangan dengan Aswaja. Dan, sama saja melecehkan Islam,” jelasnya.
Sementara, Ketua Yayasan Yapi, Muhsin Assegaf mengatakan, konflik itu terjadi bukan antara Sunni-Syi’ah, melainkan ada kelompok-kelompok yang melakukannya. Sebab, katanya, beberapa ormas lainnya tidak mempermasalahkan keberadaan Yapi.
“Bukan problem sunni. Buktinya NU dan Muhammadiyah tidak masalah,” katanya kepada wartawan.
Assegaf juga mengakui jika insiden yang terjadi di pesantrennya itu merupakan rentetan kejadian lama akibat ada kelompok radikal yang menjadi penyebab. Tak jelas, siapa yang dimaksudkan ini.
Tapi Nurcholis Musytari, mantan Wakil Ketua Syuriah NU Bangil ini, mengakui konflik itu juga dipicu karena aktivitas dakwah Yapi.
“Kalau mereka nggak ganggu (menyebarkan paham Syi’ah), situasi kondusif akan tetap terjaga. Tapi, jika tidak, kita akan gerak. Masa harus diam saja,” ujar bekas Wakil MUI Bangil ini kepada hidayatullah.com di kediamannya.* [sumber: hidayatullah.com] SyiahIndonesia
facebook comment :
Jangan Lupa pencet tombol "Like" Untuk Mendapatkan Info Terpanas Langsung di Wall FB mu!
0 comments:
Posting Komentar