’’Kami masih menunggu perkembangan dari lapangan. Yang pasti, Kemenlu dan KBRI terus memonitor,’’ ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tene kemarin.
Pihak KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) juga telah menjalin kontak dengan para santri itu untuk mencari solusi terbaik. ’’Mereka kami imbau untuk keluar dari lokasi. Tentu ini sebatas imbauan, karena kami tidak bisa memaksa,” katanya.
Peperangan para santri ini tidak hanya menggunakan senjata biasa, namun melibatkan persenjataan berat seperti rudal antitank, peluncur roket, maupun senjata sniper. Para alumni Darul Hadits di Indonesia memantau perkembangan perang itu setiap hari melalui internet.
Radarlampung.co.id |
Ribuan simpatisan santri di Yaman juga membuka dompet bantuan. Di antaranya melalui radio As Sunah dan beberapa kelompok pengajian di seluruh Indonesia. ’’Insya Allah, semua bantuan kami sampaikan langsung dengan jalur kami ke Yaman,’’ ujar pengurus donasi yang mengaku bernama Abu Zahra kemarin.
Hingga kini sudah ada empat santri Indonesia yang meninggal di sana. Dua santri yang meninggal pada 26 November 2011 bernama Muhammad Shalih Al Indunisi (30) dan Jumeiri Abdullah Al Indunis. Lalu pada 12 Desember 2011 lalu diketahui santri yang meninggal bernama Muhammad Amin bin Haji Nurdin dan Adam Djauhari, keduanya dari Ambon. Mereka adalah santri Pesantren Darul Hadits yang tewas ditembak di Bukit Baroqoh.
Menurut Abu Zahra, santri-santri yang bertahan di Yaman itu tidak berafiliasi dengan kelompok-kelompok yang dilabeli teroris oleh Amerika Serikat. ’’Mereka ini murni santri yang belajar di Pondok Darul Hadits. Kita bagaikan bumi dan langit dengan Al-Qaidah,” ujarnya.
Ditanya soal respons pemerintah RI, Abu Zahra mengaku bisa memaklumi. ’’Kami tidak mengkritik atau protes kepada pemerintah. Kami berterima kasih atas dukungan selama ini dan berdoa agar ada solusi dari Allah untuk krisis di Dammaj ini,” tuturnya.
Lantas, bagaimana sikap keluarga 100-an santri di Yaman yang masih di Indonesia? ’’Sebagian besar mereka ikhlas. Mereka mendukung sikap para santri,” katanya.
Jawa Pos (grup Radar Lampung) juga diberi kontak langsung salah seorang penghubung santri di Yaman bernama Syaikh Yahya Al Hajuri di nomor 00967-777600555 dan 00967-733900555. Ketika dihubungi dengan sambungan internasional dari Jakarta, ada nada sambung, namun kemudian ada suara mesin penjawab berbahasa Arab dan telepon putus.
Ketua Komisi 1 Bidang Hubungan Luar Negeri DPR RI Mahfudz Sidiq meminta Kemenlu memikirkan solusi terbaik untuk keselamatan santri-santri di Yaman itu. ’’Kalau dulu ada perampok di Somalia, pasukan khusus dikirim, ini tidak hanya 20 yang terjebak, ada 100-an orang,’’ ujarnya.
Politisi PKS ini juga meminta kementerian menjalin komunikasi dengan keluarga para santri di Indonesia. ’’Mereka adalah warga negara yang harus dilindungi hak-haknya,” pungkas dia. (jpnn/c1/niz)
Radarlampung.co.id | InfoTerpanas.com
facebook comment :
Jangan Lupa pencet tombol "Like" Untuk Mendapatkan Info Terpanas Langsung di Wall FB mu!
0 comments:
Posting Komentar