Dalam mukadimah pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) MIM disebutkan bahwa membangun Negara dan bangsa adalah menjadi tugas dan tanggung jawab bersama masyarakat Indonesia, kapanpun dan dalam situasi apapun. Bahwasanya keberlanjutan pembangunan nasional harus dapat berjalan dengan seksama, dalam mewujudkan cita-cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dalam sebuah lapisan masyarakat Indonesia untuk kejayaan Indonesia. Bahwasanya membangun adalah manifestasi dari pada cita-cita kemerdekaan Indonesia, merdeka adalah untuk membangun. Membangun untuk bersatu, Membangun untuk berdaulat, Membangun untuk adil dan makmur, Membangun untuk memajukan kesejahteraan umum, Membangun untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, Membangun untuk ketertiban dunia, membangun untuk perdamaian abadi, membangun untuk keadilan sosial dan membangun untuk mempertahankan kedaulatan rakyat.
Bagi masyarakat umum, mungkin bahasa tersebut tidak berarti banyak. Namun, bagi para aktifis NII atau paling tidak mantan aktifisnya, redaksi mukadimah menunjukkan bahwa MIM merupakan terusan program NII yang dibungkus dalam program nasional untuk mewujudkan cita-cita utama mereka, yaitu kejayaan Indonesia dalam konteks ke-NII-an. Inilah dalam doktrin NII KW9 yang disebut sebagai Fajar Shidiq, lawannya Fajar Kizib yang telah lampau. Fajar Shidiq merupakan masa kini yang terang benderang sedangkan Fajar Kizib adalah masa lalu nan gelap yang diwujudkan dalam program bawah tanah selama 15 tahun. Artinya, pada era keterbukaan seperti kini, langkah mereka lebih bebas. Terutama test case dua bulan belakangan dengan maraknya media menghantam NII dan Al Zaytun, yang seakan mati angin dengan ‘dukungan’ dari beberapa oknum pemerintah, termasuk kunjungan Menteri Agama ke Al Zaytun.
Lebih lanjut dalam AD/ART MIM dijelaskan juga tentang simbol. Simbol MIM adalah burung (mirip garuda) yang sedang mengepakkan sayap, sambil berpegang teguh pada sebatang motto berbunyi “Indonesia Harus Kuat”. Di dada burung terdapat lambang monumen (mirip monas) yang berdiri diatas huruf M, menjulang tinggi dan ujung monumen terdapat lidah api didalam cawan yang membentuk huruf M dalam lingkaran oval. Untuk simbol, Panji Gumilang memang ahlinya. Lewat simbol pulalah, berbagai analogi penafsiran doktrin lewat Al Qur’an menjadi seakan lebih masuk akal, aktual, faktual dan aplikatif. Cara yang paling kuat untuk meyakinkan para aktifis NII. Dalam metode doktrinasi NII, penggunaan simbol dan analogi adalah keharusan. Dalam pembaiatan misalnya, perbandingan dilakukan antara proklamasi Republik Indonesia dengan proklamasi NII. Apa gunanya? Untuk menunjukkan persamaan tingkat dan pengakuan. Proklamasi lawan proklamasi, Negara lawan Negara. Kini, begitu juga dalam simbol MIM. Sadarkah anda bahwa simbol MIM dimiripkan dengan Garuda Pancasila?. Untuk apa? Lambang Negara lawannya lambang Negara, filosofi lawan filosofi. Filosofi yang dimaksud adalah lambang mirip monas didada burung pada simbol MIM. Bila burung garuda membawa Pancasila, burung simbol MIM membawa monas yang berarti satu hal, yaitu manifestasi filosofi doktrin NII. Monas layaknya bentuk pohon, terutama bila cawan nya dibentuk menjadi huruf M yang seakan berbentuk akar, sementara tugu seperti batang dan emas bagaikan buah. Inilah doktrin utama NII KW9, Rububiyah-Mulkiyah-Uluhiyah yang mengartikan bahwa ber-Islam harus berhukum Islam, bernegara Islam dan ber-umat Islam.
Sudah ada visi dan misi, juga sudah ada simbol MIM yang kesemuanya menunjukkan kesamaan dengan terusan gerakan NII. Sekarang, bagaimana mereka bergerak?. Pada BAB VI tentang Bangunan Organisasi dan Musyawarah di AD/ART MIM dijelaskan tentang bangunan organisasi yang disusun sesuai tingkat kewenangan secara berjenjang terdiri dari: Majelis Pembina Organisasi yang dibantu oleh Badan pengawas, badan kehormatan dan badan Pakar. Badan Pelaksana Organisasi terdiri dari: Pengurus Pusat, pengurus Tingkat Provinsi, Pengurus Tingkat Kabupaten/Kota, Pengurus Koordinator Desa, pengurus Tingkat Desa dan Pengurus Perwakilan Luar Negeri.
Struktur organisasi yang dijelaskan diatas merupakan bentuk struktur yang sama dalam gerakan NII KW9. Hanya dirubah sedikit dalam tata bahasa untuk menghilangkan kesan gerakan bawah tanah. Majelis Pembina Organisasi misalnya, dalam NII KW9 berarti Majelis Syuro. Sedangkan Badan Pengawas adalah Dewan Fatwa dan Dewan Imamah. Pengurus Pusat adalah Imam beserta Menterinya (kabinet) dan pengurus provinsi Dan jajaran kebawahnya adalah terjemahan dari stuktur territorial NII KW9 dari tingkatan Gubenur hingga Petinggi Desa.
Terakhir, kenapa 01 Juni yang dipilih?. Karena 01 Juni merupakan hari lahir Pancasila, hari lahir filosofi Negara yang menjadi dasar hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tafsirnya, 01 Juni juga hari lahirnya MIM, folosofi Negara yang menjadi dasar hukum Negara, tapi negaranya ya Negara Islam Indonesia. Dicky Cokro. (http://nii-crisis-center.com)
facebook comment :
Jangan Lupa pencet tombol "Like" Untuk Mendapatkan Info Terpanas Langsung di Wall FB mu!
0 comments:
Posting Komentar